'Merantaulah hingga tersesat berkali-kali'

"Merantaulah hingga tersesat berkali-kali, itulah cara terbaik untuk menemukan jati diri”. Hingga akhirnya saya temukan rasa ini "bukan perusahan/instansi mana yang kita tuju, tapi leader mana yang kita pilih (kita yang pilih)".




Diri ini telah dan sangat beruntung untuk bisa merasakan begitu banyak cinta, hanya bisa mengatakan terima kasih dan tahu bahwa selalu membawanya dalam hati. (terima kasih berarti mengakui bahwa kita tidak bisa hidup tanpa orang lain)


Persis 17 tahun silam. Teman teman, baru baru ini saya mendengar cerita singkat nan pelik dari teman yang dulu mengikutai kegiatan bakti sosial di kaki gunung semeru jawa timur. Dia mendapati seorang anak yang sedang bermain bola dan bertanya "Adik, adik mau jadi apa kalau sudah besar ?". Si adik menjawab "biar aku jadi petani seperi ayah saja, Om". Dalam benak saya, Sekejam apa negara kita sampai anak se kecil itu tidak berani untuk bermimpi, Sekejam Apa :( :( :( !!!. ini persis 17 tahun silam saya alami. 


Kami ingin terus tumbuh secara personal dan profesional sehingga di masa depan mudah-mudahan Kami bisa kembali ke kampung halaman dan memberikan kembali segala sesuatu yang telah diberikan kepada Kami selama tahun-tahun tak terlupakan. Kami dapat belajar tentang passion dan semangat, belajar tentang mimpi, mempelajari banyak hal dalam satu waktu. Bukan perusahaan mana yang saya tuju, tapi Leader mana yang saya pilih. Leader yang baik mengajarkan dengan cara berbeda.



Semuanya sangat bermanfaat untuk kami, pelajar rantauan, yang hingga kini masih merangkai jalan titik temu antara diri ini dengan ilmu yang dikais. Meniti kehidupan di tanah rantauan. Ya, Diri ini masih mencari, meretas jalan. Sementara waktu, nantikan kami dengan berdo’a di hadapan kerahiban-Nya, semoga kami segera kembali untuk kampung, untuk Agama dan pasti untuk Indonesia merdeka.


0 komentar: