Peranan Leadership dalam Knowledge Management (People)

Seperti sudah kita ketahui bersama, knowledge management terdiri dari tiga komponen utama, yaitu People, Process, dan Technology. Dalam tulisan ini akan dibahas tentang pengaruh leadership dalam knowledge management terutama pada tiga komponen tersebut.
Pengaruh Leadership pada People


People sangat penting dalam keberhasilan penerapan knowledge management, karena itu leadership yang kuat sangat memiliki peranan besar dalam model kesuksesan knowledge management. Penerapan knowledge management akan membuat suatu perubahan pada perusahaan terutama perubahan budaya orang-orang yang terlibat. Dalam artikelnya  John Paul Kotter, (1998) yang berjudul “Winning at change” mengatakan bahwa leadership
ada pada setiap level dalam organisasi. Terdapat beberapa langkah dalam menjalankan dan memperkuat leadership untuk memenangkan perubahan yang terjadi dalam sebuah implementasi knowledge management. Berikut adalah peranan leadership:


  1. Membangun perasaaan pentingnya (sense of urgency) knowledge management pada stakeholder. Dalam langkah pertama ini, leadership yang diharapkan adalah membentuk sense of urgency agar setiap stakeholder yang terlibat dalam knowledge management merasa bahwa penerapan knowledge management sangat penting dan mendesak dalam bisnis mereka. Seorang pemimpin dituntut untuk mempu mengidentifikasi akar masalah, keperluan bisnis dan peluang yang ada dalam penerapan knowledge management.
  2. Membentuk koalisi yang kuat. Koalisi yang kuat akan membentuk support yang kuat pula, baik dukungan dari pimpinan puncak maupun dukungan dari para karyawan yang terlibat dalam penerapan knowledge managenent. Hal ini dilakukan dengan tujuan agar setiap stakeholder mempunyai “sense of belonging”. Jika dimungkinkan mempunyai seorang Chief Knowledge Officer (CKO) yang khusus untuk menerapkan KM dalam perusahaan. Selain membentuk koalisi yang kuat, maka leadership disini juga diperlukan agar sekelompok orang-orang yang terlibat dalam knowledge management dapat berkerja sebagai kesatuan tim.
  3. Membuat Visi. Visi mendefinisikan keadaan masa depan yang diinginkan dalam suatu organisasi. Visi adalah pandangan jangka pandang dan menggambarkan organisasi akan menjadi seperti apa. Visi sangat penting untuk mengarahkan perubahan yang diinginkan dalam penerapan KM, karena visi akan mengendalikan setiap langkah dalam penerapan KM, karena itu visi yang dibuat haruslah clear dan tidak ada keraguan. Selain menentukan visi, leadership juga diperlukan dalam menentukan strategi-strategi untuk mencapai visi tersebut.
  4. Mengkomunikasikan visi. Mengkomunikasikan visi pada setiap stakeholder yang terlibat dalam penerapan KM. Dengan aktif melakukan komunikasi dengan menggunakan setiap kendaraan yang ada kepada tiap pihak yang terlibat mengenai pentingnya KM dan keuntungannya bagi perusahaan dan bagi setiap stakeholder, kegiatan ini dapat mendorong para stakeholder yang terlibat untuk turut ambil bagian dalam proyek dan bekerja sebagai tim. Hal ini dapat dilakukan melalui berbagai cara seperti pelatihan kesadaran secara berkala, meeting berkala, dan sebagainya. Leader juga harus mengajarkan perilaku dan dapat jadikan contoh terhadap orang-orang sekitarnya.
  5. Mendorong yang lain untuk bertindak sesuai dengan visi. Leadership juga berperan dalam mendorong agar stakeholder untuk bertindak sesuai dengan visi yang telah ditentukan atau dengan kata lain menghilangkan halangan yang merintangi visi. Untuk hal tersebut, seorang pemimpin dapat merubah sistem atau struktur yang menghalangi terjadinya perubahan, sekaligus mendorong untuk mengambil resiko dengan melakukan hal-hal yang baru dan melakukan hal-hal tersebut. Leadersip juga akan sangat berperan terhadap level komitmen stakeholder dalam penerapan knowledge management.
  6. Merencanakan dan membuat target jangka pendek Strategi untuk mendapatkan komitmen dan dukungan penuh dari pimpinan perusahaan adalah dengan memberikan suatu hasil yang nyata untuk ditunjukkan kepada pimpinan perusahaan. Seorang leader disini dituntut untuk dapat merencanakan kinerja yang dapat diukur, menciptakan improvement, dan menerapkan sistem reward bagi yang terlibat dalam improvement.
  7. Terus mengembangkan improvement Improvement terus dilakukan untuk mendapatkan hasil yang terbaik, dengan cara mengevaluasi sistem dan merubahnya jika diperlukan, ataupun membuat aturan-aturan baru untuk meningkatkan kredibilitas sistem. Serta jangan dilupakan sistem reward yang telah dilakukan dengan memberikan reward dalam bentuk apapun terhadap karyawan yang mendukung perubahan dan berjalan sesuai dengan visi KM. Leadership sangat diperlukan dalam melakukan improvement secara berkesinambungan dengan mengevaluasi sistem,  dengan merubah, membuat aturan-aturan baru untuk meningkatkan kredibilitas sistem serta mengangkat, mempromosi, dan mengembangkan karyawan yang mendukung perubahan dan berjalan sesuai dengan visi. Diperlukan feedback untuk mengevaluasi dan memastikan bahwa semua yang telah direncanakan berjalan dengan baik. Beberapa hal untuk melakukan feedback adalah evaluasi dari kejadian nyata di lapangan, mengukur target dari sebuah aktifitas apakah sesuai jadwal, tujuan dan lainnya, serta menggunakan tools untuk evaluasi seperti kuisioner, survey dan sebagainya. 
  8. Memasukkan KM kedalam culture perusahaan. Setelah stakeholder sudah terbiasa dengan knowledge management yang diterapkan, maka budaya knowledge management sudah menjadi milik mereka. Namun kebiasaan tersebut perlu dimasukkan kedalam culture perusahaan untuk menjaga kebiasaan-kebiasaan tersebut terus dapat terjaga dimasa yang akan datang, karena jika belum menjadi budaya maka kebiasaan tersebut dapat hilang dari perusahaan. Misalnya jika para pemimpin yang terlibat langsung dalam penerapan knowledge management ini pergi dari perusahaan, atau stakeholder yang terlibat sudah tidak ada lagi, maka kebiasaan tersebut dapat pudar. Karena itu kebiasaan-kebiasaan yang sudah terbentuk perlu dimasukkan kedalam culture perusahaan dengan cara memasukkan kebiasaan tersebut dalam Sistem Operating Procedure (SOP) maupun policy-policy yang dimiliki perusahaan.

    Referensi:
    Kotter, J. P. (1998). Winning at change. A publication of the Drucker Foundation and Jossey-Bass, Inc., Publishers.

0 komentar: